To :  Rahadian Muhammad  

Dulu kita punya dunia masing-masing dengan kegiatan dan hobby masing-masing. Bukan waktu yang singkat untuk kita tahu dan saling mengerti satu sama lain. Namun ini juga bukan sebuah jalinan pertemanan yang memakan waktu berpuluh-puluh tahun. Bukan juga persahabatan yang tumbuh berawal dari kebiasaan yang sama, style yang sama ataupun saling memuji satu sama lain. TIDAK SAMA SEKALI!

“ aku takut dengan kau”

Itu kalimat yang pertama kali sempat Aku ucap waktu aku bicara dengna kau pertama kalinya. Gak ada yang berbeda dengan kau sebagaimana lazimnya mahasiswa lainnya. Mungkin karena style rambut panjang, sepatu kets robek, dan gaya yang selengekan itu yang buat aku bisa berkata seperti itu. Bila ada ungkapan ‘don’t judge people from the cover’ mungkin aku mengalami hal menjudge kau melalui penampilan pertamanya. Maaf, itu dahulu sekarang tidak lagi kok. 

Senyatanya kita satu lokal, selalu bertemu meski tanpa bicara. Astaga, aku mungkin telalu takut untuk mulai berbicara dengan kau. Kau punya dunia potografi dan segudang kegiatan lainnya. Aku punya kegiatan sendiri dengan dunia tulis menulisku yang tak kunjung jelas. Masih kuingat dengan jelas, pertama kali kita mulai berbicara satu sama lain. Dengan leluasa kau mulai menceritakan asal muasalmu memilih kuliah di jurusan saat ini yang sedang kita tempuh, bagaimana sebelumnya kau sudah berstatus mahasiswa di kampus perguruan tinggi lainnya dan saat itu pulalah aku tahu bahwa usiaku masih jauh di bawahmu, dan sangat jauh. Tapi kau tahu, untuk saat ini aku tak pernah permasalahkan jarak usia kita. Karena nyatanya aku terkadang lebih terlihat dewasa darimu bukan.

*** 


                                                        

Itu pembicaraan kita yang pertama dan berlanjutnya hingga seterusnya. Aku tak pernah tahu apa yang membuatmu dengan leluasa bercerita denganku. Semua apapun itu yang pernah kau alami kau ceritakan. Mungkin aku terbilang pendengar yang baik sehingga kau dengan leluasa menceritakan semuanya. Dan bahkan hingga saat ini, apapun yang kau alami, cepat atau lambat pasti akan terceritakan tanpa tersisa.
Orang bilang kita punya ‘chemistry’ yang tidak diduga-duga. Mungkin ya, karena nyatanya kita tak pernah mengakui ada hal seperti itu diantara kita. Kita memang tak punya chemistry, tapi tanpa kita sadari kita sudah saling terhubung satu sama lain. Ah, mungkin kalimat ini terlalu lebai, semoga aja gak buat pasangan kita satu sama lain salah makna. (pasangan kau aja sih kayaknya, aku belum punya pasangan :’) ) . Dan kitalah orang yang tidak pernah memuji satu sama lain tak pernah saling muji meski sama-sama memiliki karya tapi justru saling mengejek dan menjatuhkan saat kita sedang bersama. Namun kita bisa saling memuji  dan saling  membanggakan saat kita sedang berjauhan. 

Mungkin kau masih ingat, waktu pertama kali kau ucap kalimat yang buat aku mampu berjanji. Aku gak akan tinggalkan kau, gak akan buat kau jadi jahat lagi dan terus akan ada jadi sahabat dan keluarga kau. Orang bilang sahabat itu bisa kita buktikan saat kita ada masalah dan akan tetap ada saat kita menangis bukan saat kita tertawa saja. Dan kau masih ingat apa yang kita alami hari itu, kau nangis karena ada suatu masalah dan dengan sendirinya air mata aku netes. Aku nangis karena masalah yang kau alami dan terus berharap masalah kau cepat selesai. Karena aku tahu, aku juga tak akan bisa bantu kau selesaikan masalah itu. Yang aku bisa bantu hanya, nenangin kau.  


“ kita harus kayak gini ya. Gak ada yang boleh berubah diantara kita” 

Ucapan yang selalu aku ingat dan sudah aku tulis dalam setiap harian aku. Aku mau bilang, aku rindu kau. Rindu ribut lagi, rindu kelahi lagi, rindu nangis sama-sama lagi tapi aku gak rindu saat kita lagi sama-sama galau. Maaf, kalau kebelakangan aku menghindar. Tapi ini bukan menghindar, aku mau kau bisa menjadi apa yang pernah kau impikan. Aku gak akan kemana-mana, akan terus mendukung dan do’akan kau jadi SUKSES. Ada tidak adanya aku, kau harus BISA. Karena aku kadang sadar, persahabatan kita ini salah. Kita sering buat pasangan kita kesal dengan persahabatan kita. Tetap ,kita tak bisa menuntut orang lain untuk terima kita. Tapi satu hal, siapapun kelak yang akan jadi pendamping hidup kau, kau harus ceritakan ke dia  kalau kau pernah dan sampai saat itu punya sahabat yang sepintar dan kadang bongak kayak aku yang bernama Lailanisaa ini. Beruntunglah kau punya sahabat seperti aku bang. 

*** 

Sekarang ini, tak tahu siapa yang sudah berubah diantara kita. Untuk saat ini kayak ada jarak yang membuat kita satu sama lain saling berkomunikasi dan berinteraksi tapi bukan kayak diri kita yang dulu. Mungkin, kau masih ingat dengan perkataan aku belum lama ini. Maaf karena kalimat itu sampai terucap, dan bagaimanapun kedepannya kau tetap sahabat aku dan aku akan pergi dari diri kau kalau : aku udah dilarang orangtua aku, gak diizinin suami aku dan aku lanjut kuliah keluar negeri. Dan gak ada yang bisa merubah keadaan persahabatan kita kecuali Kematian.

“ aku kerja dengan diri kau,tapi tidak dengan jiwa kau. Aku berkarya dengan raga kau tapi tidak dengan raga kau”