[TUGAS] BIOGRAFI IMAM HAKIM
BIOGRAFI H.IMAM HAKIM,SP.M.Si
Masa-masa sekolah dasar meskipun masih terlihat kecil Hakim
menikmati masa anak-anaknya.
Di siang hari bersekolah maka pagi hari ia akan membantu ibunya
untuk menyadap karet di kebun majikannya. Tidak hanya menyadap karet, berjualan,
segalanya di jalani Hakim dan dinikmatinya saja. Khususnya lagi
mencari makanan kambing berupa daun-daun muda atau rerumputan disebut dengan
istilah meramban. Maklum kelakuan anak-anak yang
gemar bermain, tidak jarang sambil pergi meramban bersama teman-teman sebaya
juga dimanfaatkan untuk bermain perang-perangan yang ketika itu diistilahkan
dengan main “Combat”. Kata “combat” adalah judul film Amerika berupa peperangan
antara tentara Amerika dengan Jerman yang diputar oleh TV Malaysia yang dapat
ditonton oleh pernduduk Pulau Bengkalis termasuk penduduk Desa Selatbaru.
Siaran TVRI ketika itu belum dikenal penduduk karena jangkauan penyiarannya
tidak bisa diakses.
Bersama sang
istri(Hj.Sulastri) saat berlibur ke Istana Siak.
Menginjak masa
sekolah lanjutan,Hakim melanjutkan sekolah di SMP yang ketika itu masuk sekolah
SMP pada tahun 1977 merupakan SMP Filial
(SMP Kelas jauh SMPNI Bengkalis yang ada di kota Bengkalis berjarak sekitar 17
Km dari Desa Selatbaru). SMP Filial ini melaksanakan proses belajar pada sore
hari setelah Sekolah Dasar usai belajar, karena disamping gedungnya bergantian
juga guru-gurunya sebagian besar sebagai guru SD. Sekalipun waktu bermain dan belajar di rumah
terbatas karena pekerjaan yang dilakukannya namun perkembangan kejiwaan tetap
normal layaknya anak-anak yang cukup waktu belajar dan bermain.
Kebiasaan
belajar mengaji sudah terbiasa bagi Hakim dilaksnakan setelah ibadah shalat maghrib di rumah guru ngaji. Dalam
kondisi kesederhanaan dan keterbatas biaya,namun prestasi belajar tidak
mengecewakan karena rangking nilai setiap semester tidak pernah dibawah
rangking 5, bahkan tidak jarang mendapat rangking pertama.
Bersekolah di SMAN I Bengkalis yang hanya ada di Kota
Bengkalis, berjarak sekitar 17 Km dari tempat tinggal. Jarak tempuh sekitar 17
km tersebut hanya dapat ditempuh dengan bersepeda dengan jalan tanah yang
berlumpur jika hari hujan dan berdebu jika musim panas. Sambil sekolah
berjualan Minyak goreng yang diproduksi oleh orang tua maupun dibeli dari
penduduk Selatbaru yang rata-rata penghasil minyak goreng. Dijual ke
kedai-kedai langganan yang ada di sekitar tempat tinggal (rumah kost).
Bahkan ketika
sekolah di SMA Hakim pernah merantau ke Malaysia dan menjadi TKI gelap
(Pendatang illegal) di Negara Malaysia dan menjadi buruh di kebun Kelapa Sawit
tepatnya di perkebunan Sawit Ulu Belitong, Kluang Johor Malaysia. Pernah
disergap polisi Diraja Malaysia karena menjadi pendatang ilegal (pendatang
haram:istilah malaysia) namun tidak di tangkap karena bisa dirunding. Itulah
pengalaman kehidupan. Kita tak akan pernah mengetahui bagaimana kehidupan yang
sebenarnya bila kita tak pernah mersakan pahit manisnya kehidupan ini.
Setelah
menamatkan SMA pada 1983, Hakim bertekad akan menyusul abangnya yang merantau
di Pekanbaru terlebih dulu. Saat di Pekanbarupun kehidupan mandiri yang
dialaminya selama di Selatbaru membuatnya terbiasa di Pekanbaru ini. Meski
tinggal tidak bersama sang abang namun Hakim tetap bisa memenuhi kebutuhannya
sehari-hari menjadi wirausahawan sebagai penjula bensin eceran maupun pekerja
bangunan.
Berkuliah di Fakultas Non Gelar Teknologi (Program
Diploma III) UNRI dengan kemudian melanjutkan jenjang S-1 Produksi Pertanian
Universitas Islam Riau (UIR) Selain melanjutkan kuliah Hakim juga bekerja
sebagai tenaga Honor Guru pada Sekolah Pertanian Pembangunan di Pekanbaru. Menamatkan pendidikan S1 tahun 1993. Sembari kuliah
diangkat sebagi PNS di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Riau dengan
Pangkat Golongan II.B (Penata Muda Tk,I).
Setelah menyelesaikan kuliah dengan
meraih gelar Sarjana Pertanian maka pada November 1993 menyunting seorang gadis
yang merupakan adik kelas Hakim ketika kuliah di UnRI yang alhamdulillah
sebagai pendamping. Dalam pernikahannya Hakim dikaruniai 2
orang buah hati yakni Lailanisa dan M.Hafizal. saat ini Hakim berdomisili di
desa Selatbaru Bengkalis dan kedua buah hatinya bersekolah di Pekanbaru.
Bersama keluarga saat
berlibur ke Negeri Malaisya pada liburan semester kedua anakny.(Juli,2009)
Kebiasaan kehidupan mandiri yang diterima
Hakim semasa kecilnya diterapkan kepada anaknya agar tak menjadi anak yang
manja karna selalu berada di dekat kedua orangtuanya. Sedari tamat Sekolah
Dasar kedua anaknya bersekolah di Pekanbaru hingga kini. Lailanisa yang saat
ini sudah menjadi mahasiswi di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Pekanbaru
dan M.Hafizal adik dari Lailanisa bersekolah di Pondok Pesantren Darel Hikmah
Pekanbaru.
Kembali melihat perjalanan kehidupan
Hakim,pada tahun
1997 pindah tugas dari status PNS Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Riau
di Pekanbaru ke Pegawai Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bengkalis di Bengkalis.
Setelah bertugas di Distan
Bengkalis selama lebih kurang 2 tahun, terbuka peluang ketika itu bagi pegawai
yang berkeinginan melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana dapat mengikuti seleksi
testing yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Propinsi Riau. Alhamdulillah Hakin lulus test dengan memilih konsentrasi Ilmu Lingkungan Universitas
Indonesia.
Tahun 2000
bulan agustus mulai kuliah di UI dan karena keterbatasan dana yang dimiliki
memilih tidak memboyong anak-anak dan
isteri setia
yang harus tinggal tanpa Ayah. Ayah(Hakim) jadi mahasiswa bulok
(bujang lokal).
Layaknya anak kuliahan Hakim tinggal bersama teman-teman menjadi anak kost di
keluarga keturunan arab di sekitar daerah Kalipasir Jakarta pusat. Namun ketika
kurang nyaman tinggal di rumah kost (kamar) sederhana yang berukuran 2x2,5 m, Hakim berpindah tempat, menyewa
rumah kontrakan sederhana
bersama 3 rekan lain yang jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dari kampus Pasca Sarjana
ilmu Lingkungan di jalan Salemba Jakarta. Kenangan mengesankan tinggal di rumah
kontrakan yang tidak begitu jauh dari bantaran sungai Ciliwung, suatu ketika di tahun
2002 pernah terkena banjir sehingga air
menggenangi rumah sampai kedalaman sekitar 1 meter. Layaknya korban banjir, Hakim
dan teman
pun mendapat pembagian jatah makanan dari relawan sosial berupa nasi bungkus dengan lauk seadanya berupa
sambal telur putih ½ butir bercampur indomie goreng.....alhamdulillah nikmat. Benar-benar pengalaman kehidupa yang
hebat yang didapat oleh hakim selama bersekolah di pulau Jawa tersebut. Selama
menjalankan perkuliahan di Jakarta Hakim terus aktif mengikuti kegiatan baik
kegiatan kampus maupun luar kampus salah satunya Hakim mengikuti pelatihan Linggarjati Environmental
Meeting pada September 2003 bertempat di Kuningan,Jawa Barat.
Kedua buah hati Hakim,semangat
inspirasi kehidupannya. Nisa (kakak) dan Vijai(adik)
Tahun
2003 awal studi di UI dapat dituntaskan dan kembali lagi aktif bertugas di
Pemerintah Bengkalis. Ketika kembali dari Tugas Belajar ditugaskan di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Dengan ketrampilan dan keilmuan yang
dibekali baik ketika di perkuliahan Diploma III, SI,maupun S2 yang pernah
dijalani, Hakim meniti karir di Bappeda mulai dari staf biasa, lalu
dipromosikan sebagai Pejabat Struktural eselon 4, sampai eselon III dalam
rentang waktu sekitar 6 tahun (sd tahun 2009) mutasi ke Badan Lingkungan Hidup
sebagai Sekretaris Badan Lingkungan Hidup Kab. Bengkalis sd tahun 2012 bulan
maret. Selama karirnya setelah menamatkan S2 Hakim mendapatkan penghargaan
bermacam-macam berawal pada tahun 2005 Hakim menerima 2 penghargaan yang
membanggakan diantaranya adalah Penghargaan Prestasi, Keteladanan dan
Pengabdian PNS Prediket Baik dari Bupati Kabupaten Bengkalis dan Satya
Lencana Karya Satya X Tahun dari Presiden
Republik Indonesia.
Menerima
penghargaan PNS Berprestasi Terbaik I tahun 2010 dari Bupati Kabupaten
Bengkalis.
Hingga pada Maret 2012 Hakim dimutasi
menjadi Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten Bengkalis hingga kini.
Berakit-rakit kita kehulu berenang-renang kita ketepian. Itulah penggambaran
kehidupan seorang Hakim yang kita dapatkan bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian. Pahit kehidupan masa kecilnya mengajarkan pada Hakim
arti sebuah kehidupan yang tak bisa kita sepelekan. Saat ini Hakim berdomisili
di desa Selatbaru bersama sang pendamping hidup Sulastri seorang guru pengajar
di SMPN 01 Selatbaru yang setia menemani kehidupannya. Perjalanan suka duka
kehidupan rumah tangga sangat Hakim rasakan saat ia melanjutkan kuliah S2 di UI
dan meninggalkan kedua buah hati dan istri tercinta di Bengkalis. Membuat sang
istri harus bisa memenuhi kehidupan mereka,menjadi ibu sekaligus ayah bagi
kedua buah hatinya selama Hakim berada di Jakarta. Mewarisi rumah semasa
kecilnya dulu membuat Hakim merasakan kesan tersendiri dalam kehidupannya.
Bertempat di jalan Jakun,No.12 kampung Penawar Laut,Selatbaru.Bengkalis.
PENUTUP
Penulis sadar dalam pembuatan dan
penyusunan Biografi ini masih terdapat kesalahan dan kesilapan. Untuk itu
diharapkan kritik dan saran dari rekan dan dosen pembimbing dalam mata kuliah
Bahasa Indonesia ini. Penulis menyusun
Biografi ini melalui wawancara kepada narasumber terlebih dahulu.
Penyusun :
Nama :
Lailanisa fadlilani
Status :
Mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi/I fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim,Riau.