SELEBRASI FILARTC 2017
Pengalaman pertama hadir dan ikut
menyaksikan bagaimana FILARTC diadakan buat haru biru diriku (ah apaan sih). Hari
film yang setiap tahunnya diadakan tanggal 30 Maret, membuatku bertekad tahun
ini aku harus menyaksikan langsung bagaimana sejarah dari sebuah film itu.
Tidak mau menganggap diri sebagai
sineas ataupun filmmaker, cukup sajalah aku dikenal sebagai penikmat film, film
apapun akan aku tonton terkecuali film HOROR. Pernah tau dan terlibat langsung
dalam melahirkan sebuah film sekalipun itu film pendek, membuatku tau bagaimana
sulitnya membuat dan melahirkan sebuah film. Tentu saja perayaan Hari Film
tahun ini membuatku ingin melihat langsung bagaimana sejarah dan perjalanan
film itu.
Finally aku memutuskan untuk ikut
pada diskusi “Film Indonesia dalam Perspektif Lintas Bangsa” dan puas dengan
diskusinya. Tak tanggung-tanggung narasumber yang dihadirkan, ada Hanung
Bramantyo, Anggy Umbara, Riri Riza dan Edwin. Mereka inilah yang berhasil
melahirkan film-film yang TOPE BEGETE dengan berbagai genre mereka
masing-masing.
Niat hati ingin berpoto dan
sharing dengan Hanung Bramantyo tapi tak terwujud. Keburu berjejer wartawan
yang ngeliput beliau hahaha. Oke, tapi tetap puas bisa sharing sedikit dengan
Anggy Umbara. Pertanyaan yang telah kupersiapkan sejak dulu, pertama kali
melihat karyanya yakni 3 (Alif,Lam,Mim) akhirnya tersampaikan :D.
“ Mas, ide buat film Alif,Lam,Mim
dari mana??
“ Dapet dari mimpi, pas bangun
langsung aja aku tulis apa yang aku inget dari mimpi”
Yaelah mas, aku udah nyiapin ni
pertanyaan dari bertahun-tahun lalu dan jawabannnya sesimple itu T_T .
Berharap dapat poto dengan Riri
Riza tapi gak kesampaian, Riri Riza keburu ngacir dari ruangan pas Mira Lesmana
dateng nyamperin --.
Masing-masing dari sutradara
pasti punya ideologi maasing-masing dan tujuan mereka masing-masing kenapa
mereka melahirkan film yang begini ataupun film yang begitu. Riri Riza bilang “
Film Indonesia itu sebenarnya film penggabungan dari berbagai budaya”. Hanung Bramantyo
punya pandangan sendiri “ Temukan formula maka sebuah film akan langsung Derrr”.
Anggy Umbara punya pandangan sendiri “ film itu harus punya story telling yang
kuat, cast yang pro, dan marketing yang oke”. Kalau Edwin, sebagai sutradara
yang filmnya sudah go internasional bilang “ film itu wujud identitas bangsa
kita”.
Nah, dari semua penyampaian
mereka, satu hal yang aku tangkep bahwa semua kita itu bisa membanggakan
Indonesia di mata dunia dengan cara apapun. Kalau kita terlahir sebagai sineas
maka yang harus kita lakukan jadikanlah film itu sebagai softpower untuk
melakukan diplomasi budaya kita baik itu untuk masyarakat indonesia ataupun di
kancah internasional.
Selesai ngikutin diskusi, aku
berkesempatan untuk muter-muter sendirian ngeliat pameran still poto dari
berbagai film yang ada di Indonesia. Dan yang paling ku suka still poto dari
Chelsea Islan dalam film Headshot. You’r soo beautifull sistaaaaaa
Still Photo Chelsea Islan dalam film Headshot |
Tak hanya pameran still poto, di
sini juga ada diperlihatkan bagaimana sejarah pertama kalinya perfilman yang
ada di Indonesia. Penata kostum terbaik yang dimiliki Indonesia dan pemutaran
film-film terbaik Indonesia.
peristiwa sejarah perfilman di Indonesia |
Okeee,jalan-jalan solo kali ini
sampai di sini. Soo, kota mana lagi yang ingin kamu kunjungi nisa???? :D
Bahagia itu kita
sendiri yang ciptakan
1 komentar:
Good job kawan, lanjutkan !!!!!
REPLY