Sabtu, 01 April 2017




Pengalaman pertama hadir dan ikut menyaksikan bagaimana FILARTC diadakan buat haru biru diriku (ah apaan sih). Hari film yang setiap tahunnya diadakan tanggal 30 Maret, membuatku bertekad tahun ini aku harus menyaksikan langsung bagaimana sejarah dari sebuah film itu. 

Tidak mau menganggap diri sebagai sineas ataupun filmmaker, cukup sajalah aku dikenal sebagai penikmat film, film apapun akan aku tonton terkecuali film HOROR. Pernah tau dan terlibat langsung dalam melahirkan sebuah film sekalipun itu film pendek, membuatku tau bagaimana sulitnya membuat dan melahirkan sebuah film. Tentu saja perayaan Hari Film tahun ini membuatku ingin melihat langsung bagaimana sejarah dan perjalanan film itu. 

Finally aku memutuskan untuk ikut pada diskusi “Film Indonesia dalam Perspektif Lintas Bangsa” dan puas dengan diskusinya. Tak tanggung-tanggung narasumber yang dihadirkan, ada Hanung Bramantyo, Anggy Umbara, Riri Riza dan Edwin. Mereka inilah yang berhasil melahirkan film-film yang TOPE BEGETE dengan berbagai genre mereka masing-masing. 

Niat hati ingin berpoto dan sharing dengan Hanung Bramantyo tapi tak terwujud. Keburu berjejer wartawan yang ngeliput beliau hahaha. Oke, tapi tetap puas bisa sharing sedikit dengan Anggy Umbara. Pertanyaan yang telah kupersiapkan sejak dulu, pertama kali melihat karyanya yakni 3 (Alif,Lam,Mim) akhirnya tersampaikan :D. 

“ Mas, ide buat film Alif,Lam,Mim dari mana??
“ Dapet dari mimpi, pas bangun langsung aja aku tulis apa yang aku inget dari mimpi” 

Yaelah mas, aku udah nyiapin ni pertanyaan dari bertahun-tahun lalu dan jawabannnya sesimple itu T_T . 

Berharap dapat poto dengan Riri Riza tapi gak kesampaian, Riri Riza keburu ngacir dari ruangan pas Mira Lesmana dateng nyamperin --. 

Masing-masing dari sutradara pasti punya ideologi maasing-masing dan tujuan mereka masing-masing kenapa mereka melahirkan film yang begini ataupun film yang begitu. Riri Riza bilang “ Film Indonesia itu sebenarnya film penggabungan dari berbagai budaya”. Hanung Bramantyo punya pandangan sendiri “ Temukan formula maka sebuah film akan langsung Derrr”. Anggy Umbara punya pandangan sendiri “ film itu harus punya story telling yang kuat, cast yang pro, dan marketing yang oke”. Kalau Edwin, sebagai sutradara yang filmnya sudah go internasional bilang “ film itu wujud identitas bangsa kita”.


Nah, dari semua penyampaian mereka, satu hal yang aku tangkep bahwa semua kita itu bisa membanggakan Indonesia di mata dunia dengan cara apapun. Kalau kita terlahir sebagai sineas maka yang harus kita lakukan jadikanlah film itu sebagai softpower untuk melakukan diplomasi budaya kita baik itu untuk masyarakat indonesia ataupun di kancah internasional. 

Selesai ngikutin diskusi, aku berkesempatan untuk muter-muter sendirian ngeliat pameran still poto dari berbagai film yang ada di Indonesia. Dan yang paling ku suka still poto dari Chelsea Islan dalam film Headshot. You’r soo beautifull sistaaaaaa 
Still Photo Chelsea Islan dalam film Headshot

Tak hanya pameran still poto, di sini juga ada diperlihatkan bagaimana sejarah pertama kalinya perfilman yang ada di Indonesia. Penata kostum terbaik yang dimiliki Indonesia dan pemutaran film-film terbaik Indonesia. 


peristiwa sejarah perfilman di Indonesia


Okeee,jalan-jalan solo kali ini sampai di sini. Soo, kota mana lagi yang ingin kamu kunjungi nisa???? :D

Bahagia itu kita sendiri yang ciptakan

1 komentar:

Good job kawan, lanjutkan !!!!!

REPLY

Ceritanya Nisa . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates