Rabu, 10 April 2019





Kenapa lanjutin kuliah di Surabaya??
Sebenarnya ini pertanyaan yang hampir ditanyakan setiap orang yang aku temui di Surabaya. Baik itu teman kelas, teman komunitas, atau bahkan dosen. Keingat ketika tes wawancara PPMB Unair dan ketika itu interviewernya pak Dr. Yayan Sakti Suryandaru, S.Sos, M.Si, pertanyaan pertama yang ditanyakan “kok mau kuliah sampai ke Surabaya?”
Sebenarnya aku tidak terlalu mempersulit hidupku sendiri dengan jarak jauh atau dekatnya tempatku bersekolah dengan kampung halaman. Dari tamat Sekolah Dasar udah dilepas untuk sekolah di asrama yang jarak tempuhnya lebih kurang enam jam dari rumah. Ketika rindu kamu napain? Ya palingan berdo’a plus nangis sambil bilang “ma, rindu” that’s it. Bahkan sampai pendidikan strata satu aku juga tinggal di kota yang sama. Tidak semakin jauh dengan keluarga ataupun semakin dekat.
Dan lama kelamaan rindu bukan jadi penghalang untuk aku melanjutkan pendidikan. Setelah patah hati belum diterima di kampus yang diimpikan pada strata satu, aku coba lagi untuk kejar mimpi itu di strata dua. Ya terkadang memang apa yang kita inginkan belum tentu itu yang kita butuhkan. Ternyata masih gagal dan aku kembali ke kota asalku untuk mulai menjadi seorang pekerja bukan mahasiswa lagi.
“Apa yang kita inginkan belum tentu yang kita butuhkan”
Satu tahun berlalu, masih dengan mimpi dan resolusi yang sama. Coba lagi dan coba lagi, masih dalam status sebagai seorang pekerja, aku kembali ke Jakarta untuk mengikuti tes SIMAK UI. Ambisiku ingin satu almamater dengan ayah jadi kuupayakan untuk bisa masuk di UI. Dan lagi ternyata di sini bukan rejekiku, baiklah aku masih lanjut bekerja lagi.
Masih menikmati masa-masa bekerja tapi keinginan untuk melanjutkan pendidikan juga masih ada. Beranikan diri untuk mengikuti tes strata dua di kampus impianku dahulu, Universitas Padjajaran, and well masih belum rejekiku. Mungkin aku kurang optimal untuk seleksi masuk, dalam hati seringnya gumam begitu.
“Tapi sebenarnya aku dulu sering bertanya sendiri, melanjutkan pendidikan ini keinginanku atau keinginan orangtuaku ya?”
Selanjutnya kampus ketiga yang akan aku ikuti, opsiku adalah Universitas Airlangga atau Universitas Gajah Mada. Kenapa gak konsisten di satu kampus aja? Aku gak mau memaksakan sesuatu yang memang bukan rejekiku, udah hampir dua kali aku gagal seleksi masuk di kampus itu, ya bisa jadi karena aku kurang persiapan tapi kembali aku adalah manusia yang percaya kalau semuanya ini udah ditentuin jalannya sama Tuhan. Jadi aku percaya kadang apa yang aku inginkan itu belum tentu aku butuhkan, tapi sebaliknya Tuhan tahu apa yang kita butuhkan.

Doc. Unsplash
Dari pengalaman bekerja yang membuatku ingin kuliah lagi 
Mengakhiri masa bekerja di kota Pekanbaru dan menetap di Jakarta untuk beberapa bulan sambil mengikuti program magang dari Semua Murid Semua Guru, aku menikmati semua momen transisi ini. Ini waktunya aku untuk bisa lebih banyak persiapan untuk tes di Unair atau UGM.
Oke, menjawab pertanyaan yang sebelumnya, melanjutkan pendidikan ini keinginanku sendiri atau keinginan orangtua? Yups, melanjutkan pendidikan ini keinginanku sendiri plus keinginan orangtua. Ya meski dengan alasan absurdnya, ayah akan ngizinin aku menikah kalau aku sudah lulus strata dua, tapi tidak itu seutuhnya jadi alasan utamaku. Selama masa bekerja di Pekanbarulah yang membuatku optimis melanjutkan pendidikan lagi, aku dapat banyak pengalaman dari dunia bekerja. Ini pula yang menjadi salah satu alasanku sekarang melanjutkan pendidikan di Unair dengan mengambil penjurusan Komunikasi Profesional.
Kembali ke proses seleksi di Unair. Soo semua persiapan seleksi sudah dipenuhi dan waktunya untuk terbang ke Surabaya. Ini ceritaku mengikuti seleksi PPMB >> Pengalaman seleksi S2 Unair ketika proses seleksi wawancara, pertanyaan pertama yang ditanyakan oleh interviewer adalah “kenapa kamu mau kuliah ke surabaya” dan jawabanku adalah
“jauh atau dekatnya kuliah gak jadi masalah untuk saya pak, selagi keluarga mendukung dan kampus yang saya tuju terjamin mutunya saya akan usahakan itu semua pak.”
Ketika di akhir wawancara baru aku ceritain kalau aku sudah pernah gagal seleksi di UI dan Unpad hihihihii.

Alasanku memilih Unair karena aku sudah mempertimbangkan semuanya. Aku melihat bagaimana lulusan Unair bekerja di segala sektor pekerjaan, ijazah strata dua yang diakui secara internasional, dosen yang kompeten di bidangnya dan kampusnya yang nyaman. Mungkin secara penilaiannya lainnya Unair juga punya keunggulan tapi itulah poin kenapa aku ingin melanjutkan pendidikan ke Unair.
Disaat teman-teman yang dari perantauan mengalami shock culture dengan lingkungan, aku hampir mengalami shock culture dari segi pendidikan. Mungkin aku yang terlalu terlena ketika kuliah di Pekanbaru dulu sehingga ketika sekarang di Surabaya aku harus belajar dua kali lebih ekstra agar tak tertinggal dari yang lain. Sekalipun ini perkuliahan strata dua justru kemampuan berbicara yang ada isinya justru jadi poin keaktifan kita selama proses belajar.
Doc. Unsplash
Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan saja 
Dan di sinilah aku sekarang, sedang menikmati masa-masa UTS yang banyak akan paper dan persiapan untuk jurnal. Poin aku obrolin hal ini adalah, jangan takut akan jauh atau dekatnya kampung halaman dengan tempatmu belajar. Bahkan teman-temanku yang perempuan juga banyak melanjutkan pendidikan di luar negri dan itu pilihan dan keputusan mereka. Sama halnya denganku yang memilih untuk memendam mimpiku melanjutkan pendidikan ke Netherlands dan mengejar mimpiku yang lain.
Banyak jalan untuk bisa melanjutkan pendidikan, bahkan beasiswa strata dua sudah semakin banyak sekarang. Jadi mulai pikirkan apa mimpimu yang kamu butuhkan bukan hanya sekedar yang kamu inginkan saja.
Terima kasih sudah membaca dan semangat pagiiii!!!
Doc. Pribadi
Magister student of Media and Communication Airlangga University 





Ceritanya Nisa . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates