PENGALAMAN PERTAMA MENULIS PAPER TERINDEKS SCOPUS
Sebagai mahasiswa pascasarjana
Universitas Airlangga, salah satu syarat bisa mengikuti ujian tesis adalah
sudah mempublish artikel ilmiah terindeks Scopus. Dan apa itu Scopus?? Baiklah,
drama menjalani kehidupan sebagai mahasiswa pascasarjana masih berlanjut. Kali ini,
aku akan menceritakan perjalanan menghasilkan artikel ilmiah yang terindeks
Scopus.
Masa semester satu bukanlah masa
untuk berleha-leha, dengan masa pendidikan dua tahun atau empat semester kita
diminta untuk menyelesaikan semua materi perkuliahan, memiliki artikel ilmiah
terindeks Scopus, dan menghasilkan tesis. Dari semester satu kita sudah
diarahkan untuk menghasilkan artikel ilmiah yang bisa kita lanjutkan sebagai
proposal penelitian tesis kita. Dan drama persiapan artikel ilmiah dimulai.
Di pendidikan pasca ini aku
memutuskan untuk mengambil konsentrasi Corpotare Communication yang bagiku ini adalah benar-benar ilmu baru. Kenapa
ilmu baru? Saat pendidikan sarjana aku pernah mendaftar diri pada konsentrasi Public
Relation namun apa ingin dikata aku terpilih pada konsentrasi Jurnalistik
dengan alasan aku sudah menjadi wartawan kampus jadi kenapa harus memilih
konsentrasi Public Relation (ini drama yang berusaha untuk aku lupakan T_T
Corporate Communication yang
dimiliki Media dan Komunikasi Unair memiliki ranah pembelajaran penelitian pada
kehumasan, pemasaran, dan PR yang hal ini tak aku temukan pada saat pendidikan
sarjana dulu. Jadi bahasa lainnya, aku berada di rumah baru yang aku harus
lebih ekstra agar bisa sepemikiran dengan mahasiswa lainnya di kelas. Tapi ternyata
tidak semudah itu ferguso, terkadang pemikiranku atau pola pikirku masih berada
di ranah Study Media. Terbukti ketika pertama kali menyerahkan calon
judul artikel ilmiahku, aku mendapatkan penolakan tapi secara halus kok. Bersyukur
kaprodi pasca Media dan Komunikasi, Bu Santi memberikan aku kesempatan untuk
memperbaiki judulku dan semakin pusing kepalaku ini. Terekam jelas saran yang
disampaikan Bu Santi, carilah tema yang unik dan kamu tahu apa bedanya
penelitian kamu dan penelitian lainnya.
Alhasil setelah bersemedi mulai
dari di toilet, depan laptop berjam-jam dan nangkring di perpus dari terang
hingga gelap aku melahirkan calon judulku yang harapanku tema ini akan aku
lanjutkan hingga proposal tesisku. Ada alasan kesengajaan mengangkat nama
daerah dalam artikelku ini namun tetap aku ikuti dengan data-data yang akurat
kenapa aku memilih tema ini sebagai judul artikel ilmiahku. Akhirnya judulku
acc dan petarungan menyelesaikan tulisan dimulai.
Jalan menuju Roma tidak akan
semudah itu, dan begitulah artikelku yang tak kunjung selesai ketika tugas kampus menghampiri.
Memang kelalaian ada pada diriku sendiri karena tidak mengatur time
managementku dengan baik, dan H-3 pengumpulan artikel ilmiah tulisanku akhirnya
selesai. Perasaanku bercampur aduk, antara yakin bahwa artikel ini sudah sesuai
dengan yang distandarkan Scopus atau belum, apakah bahasa inggrisku baik-baik
saja? Intinya semua perasaan bercampur aduk. Dan bismillah artikel submited.
Oh ya, satu hal yang ingin aku
ceritakan. Prodi pasca Media dan Komunikasi menyelenggarakan Conference
International sejak tiga tahun lalu yang bisa diikuti oleh mahasiswa Unair
maupun mahasiswa atau tenaga pendidik non Unair. Dan tahun ini Media dan
Komunikasi Unair menyelenggarakan Conference ketiga kalinya yang diberi
nama IPCOMC, mengenai IPCOMC bisa di cek di laman ini >> Conference Unair
Lalu, apa itu Scopus?
Mengutip dari wikipedia, Scopus adalah pangkalan data pustaka yang mengandung abstrak dan sitiran artikel jurnal akademik. Scopus mengandung kurang lebih 22.000 judul dari 5.000 penerbit, 20.000 di antaranya merupakan jurnal tertelaah sejawat di bidang sains, teknik, kedokteran, dan ilmu sosial (termasuk kesenian dan humaniora). Pangkalan data ini dimiliki oleh Elsevier dan tersedia secara daring dengan model berlangganan. Pencarian di Scopus juga mencakup pencarian pangkalan data paten[1]. Berikut lama website Scopus >> https://www.scopus.com/
Kebijakan masing-masing perguruan
tinggi bisa saja berbeda, dan dalam hal ini Unair sendiri menjadikan Scopus
sebagai standar indeks artikel ilmiah bagi mahasiswa pasca dan doktor. Meski sampai
saat ini hatiku belum tenang karena masih harus menyelesaikan revisi hasil
review paper, kemudian submit paper di Scopus dan aku berharap hasilnya sesuai
dengan usaha yang sudah aku lakukan selama satu semester ini.
Jadi untuk para pejuang Scopus,
tetap semangat!!!