[CERPEN] KISAH TAK SAMPAI
Bu,aku
janji lusa sepulang dari Banyuwangi aku akan menghubungimu. Tunggu panggilanku
ibuk,aku rindu suaramu. Pesan telah terkirim.
25
JULI 2010
Pertama kalinya aku menginjakkan kaki di tempat ini
kumerasa ada perasaan berbeda yang kurasakan. Memasuki dunia baru dalam
kehidupanku,yang sebelumnya tak pernah terbayangkan olehku. Aku baru tiba di
tempat ini tadi siang,namun aku merasa telah cukup akrab dengan suasana di sini.
Bahkan ibu yang mengantarku ketempat ini tidak perlu berlama-lama menungguku.
Jarak dari rumahku ketempat ini bukanlah dekat,beribu kilometer yang kutempuh
dari tanah Sumatera Utara bersama ibu untuk perjalanan menuntu ilmuku di tanah
Jawa.
Keputusanku ingin menuntut ilmu di Pondok Pesantren
Syeh Al-Hasan,Jember bukanlah keputusan yang tiba-tiba. Telah lama gejolak dan
hasrat ingin bersekolah di pesantren ini kusimpan dari kedua orangtuaku,hingga
pada saat kelas 3 Sekolah Menegah Pertama kuungkapkan keinginanku untuk mondok
di Pesantren ini. Khayalanku untuk dapat menuntut ilmu di Pesantren karena
adanya seorang tokoh “Alif” dalam novel 5 Menara karangan A.Fuadi. Ia juga anak
sumatera yang bersekolah di pulau Jawa sehingga menghantar kesuksesan berkuliah
di luar negeri yang diterimanya. Aku harus bisa sepertinya,janji batinku.
Meski awalnya
bapak dan ibu tidak menyetujui keinginanku namun berkat keseriusan yang
kutunjukkan,mereka mengizinkanku meski dengan sedikit berat hati. Awalnya
keraguan menghampiri ibu untuk mengizinkanku,kuingat jelas bagaimana
perbincangan bapak,ibuk dan aku diruang keluarga malam itu.
“Nak, Jawa itu jauh kita belum
pernah menempuh kesana. Apalagi kamu ingin mondok di Pesantren. Kenapa tidak Pesantren
di daerah sini saja. Ibuk takut kamu jadi yang bukan-bukan di sana nak”. Pembicaraan
ibu malam itu dengan logat bataknya yang khas.
“Wah Bu,jangan berpikir jelek dulu.
Aku kesana bukan untuk main-main buk,untuk menuntut ilmu. Insyaallah semoga
hati dan pikiranku selalu dilindungi yang kuasa biar aku selalu dijalannya”. Jawabku
pada ibu.
Bapak tak menggubris sedikitpun ketidak cocokan
antara aku dan ibu malam itu. Terdiam cukup lama,segala keputusan ada ditangan
bapak,sebagai kepala keluarga bapaklah yang berhak memutuskan diizinkan atau tidaknya
aku bersekolah kepulau Jawa. Pulau Jawa, pulau yang selama ini hanya kuketahui
dari internet dan pemberitaan yang mengangkat berita pulau Jawa. Beribu
kilometer perjalanan menuju kesana belum pernah terbayangkan olehku bagaimana
rasanya,namun aku tetap bertekad akan melanjutkan sekolahku di Pesantren.
“ Baiklah Nak,bapak mengizinkanmu untuk
melanjutkan sekolah ke Pesantren di Jawa. Yang terpenting,kuatkan selalu iman
dan hatimu,kamu kesana untuk menuntut ilmu bukan untuk hal lainnya. Bapak tidak
mau kamu justru menjadi jahat disana,kehidupan ini keras nak kita tidak akan
pernah menyadarinya”. Tiba-tiba bapak berbicara panjang lebar. Mengizinkanku
untuk mondok di Pesantren dan memberikanku nasihat yang akan selalu kuingat dan
kupegang. Insyaallah pak,pesan bapak akan saya jaga baik-baik,janjiku.
“ Alwaqot lil
naum,hayya ilal firos antum,ilal firos[1]” Suara pengurus
organisasi mulai terdengar. Aku tersadar dari lamunanku,lamunan yang cukup
panjang. Tuhan jagalah kedua orangtuaku,bimbinglah kami selalu dijalanmu.
Do’aku pada malam pertama kalinya aku merasakan kehidupan di Pesantren ini.
19
JANUARI 2011
Hari ini genap,keberadaanku di Pesantren ini 5
bulan. Wah, perjalanan yang cukup jauh. Selama ini bapak belum bisa
mengunjungiku,selain jarak tempuh yang jauh,biaya untuk menjengukku disini juga
cukup besar. Aku tak ingin memberatkan bapak dan ibu,jadi dengan berkirim pesan
atau sekedar berbicara ditelepon sudah cukup mengurangi rasa rinduku kepada
mereka.
Tadi petang,kami mendapatkan sedikit penjelasan dari
Ustad[2] Ahmad
seputar kepemimpinan di Negara kita ini. Aku belum paham benar mengenai pemaparan yang ia
berikan. Selama ini aku kurang menyukai seputar dunia politik,namun bila
berbicara mengenai kepemimpinan pada zaman rasulullah semangatku bertambah 100
persen. Ustad Ahmad mengatakan kepemimpinan kita saat ini telah berbeda jauh
dengan masa Khulafaurasyidin[3]
dahulu,pemimpin saat ini banyak yang hanya menjual nama dan mencari harta
kekayaan sebanyaknya agar dapat dikenal rakyatnya. Entahlah aku belum mengerti
benar mengenai dunia politik negara ini.
Tapi sudahlah,aku menuntut ilmu disini bukan untuk
mengejar politik saja. Namun untuk mendapatkan ilmu dunia dan akhirat. 5 bulan
keberadaanku di pesantren ini aku telah menghapalkan 10 Juz Al-qur’an,semoga
hafalanku ini bisa menjadi bekal untukku kelak, Amin. Kututup kisah harianku
malam ini,kegiatan esok akan banyak lagi
aku butuh tenaga yang lebih ekstra lagi untuk esok hari.
20
JULI 2011
Ilmu yang kuperoleh di Pesantren semakin
banyak,hafalan yang kuamalkan juga sudah bertambah. Semoga ini benar-benar bisa
menjadi bekal untukku kelak. Tiba-tiba aku rindu bapak dan ibu sedang apa
mereka saat ini,sudah hampir seminggu aku belum menghubungi ibu. Baiklah
sepertinya lusa aku harus segera menghubungi ibu agar kerinduanku ini dapat
terobati. Sehabis ashar, Ustad Ahmad,asisten Kiai Hasan mengajakku berbicara
diruangannya. Ia langsung saja
mengatakan ingin mengajakku untuk mengikutinya beberapa hari ke Banyuwangi.
Karena ia ada kegiatan keagamaan disana.
“ Akbar,saya tahu kamu adalah anak
yang cerdas dan rajin. Kamu masih santri tingkat awal disini namun hapalan dan
ilmumu sudah hampir sama dengan kakak tingkatmu di sini. Karena itu,saya ingin
berkeinginan mengajakmu ikut bersamaku ke Banyuwangi,bagaimana kamu bersedia? ”
kata Ustad Ahmad padaku.
Awalnya aku bingung,aku harus bagaimana. Kenapa
hanya aku seorang. Bila kutanyakan pada Ustad Ahmad, Ia menjawab “karena kamu
adalah santri pilihan pesantren ini”. Subhanallah,siapa yang tidak senang
mendengar dirinya menjadi santri pilihan di Pesantren. Apalagi aku tergolong
masih santri tingkat pertama.
Kuputuskan esok seusai pembelajaran kitab kuning
dengannya aku akan memberikan jawaban perihal ajakannya padaku.
22
JULI 2011
Bismillah,pagi ini aku akan mengikuti Ustad Ahmad ke
Banyuwangi. Pak Bu,do’ain semoga perjalananku lancar ya. Maaf aku belum bisa
menghubungi untuk sekarang,seusai pulang dari Banyuwangi aku akan menghubungi.
Janjiku yang kutulis di buku harianku ini. Semua perlengkapan telah
kupersiapkan dan tak lupa buku ini akan selalu menemani hari-hariku selama
perjalanan kesana. Ini menjadi pengalaman pertamaku untuk berwisata rohani
dipulau Jawa ini.
Perjalanan dari Jember menuju ke Banyuwangi lebih
kurang 100 kilometer telah tertempuh. Setiba di sana,aku hanya mengikuti
kegiatan Ustad Hasan saja. Ini benar-benar pengalaman pertamaku mengikuti Ustad
Ahmad selama perjalanannya. Bertugas sebagai asisten dan Potografer tak
membuatku lelah mengikuti kegiatannya.
Dunia Potografer telah kukenal sejak aku masih di
bangku Sekolah Menegah Pertama,setiba di Pesantren lagi-lagi bakatku semakin
terasah. Aku benar-benar ingin menjadi seperti Alif,memiliki hobby Potografer
yang sama hanya saja mungkin kisahku dan
kisahnya tak sama.
Bu,aku janji
lusa sepulang dari Banyuwangi aku akan menghubungimu. Tunggu panggilanku
ibuk,aku rindu suaramu. Pesan telah terkirim.
Akankah aku mampu mengakhiri kisah perjalananku ini
dengan baik ? Entahlah hanya Tuhan yang tahu apakah esok aku masih dipertemukan
dengan mentari pagi. Kuakhiri tulisanku malam ini,Bismika allahhumma ahya,wa bismika waamut.[4]
24
JULI 2011
Gelap malam masih membingkai tanah Sumatera Utara
subuh itu,balutan mukena yang dikenakan ibuk menjadikan kenangan tersendiri
bagi ibu. Ya mukena yang merupakan hadiah pemberian Akbar pada ibu,saat ia menerima hadiah sebagai juara
pertama lomba fotografer di kota Medan,Sumatera Utara.
Kerinduan yang memuncak sedang menghampiri ibu,telah
lebih dari seminggu sang anak,Akbar belum menghubunginya. Kerinduan inilah yang
dirasa oleh ibu. Keinginan untuk bersekolah di Jawa,membuat ibu merasa
benar-benar merindukan sang anak yang selama ini selalu ada disisinya.
Usai solat subuh berjamaah bersama Bapak, sang suami
dan kedua anaknya adik Akbar, ibu mengahampiri ruangan kamar sang anak pertama.
Deretan hasil poto hasil sang anak,menghiasi dinding kamarnya. Entah mengapa
rasa kerinduan benar-benar memuncak dirasa ibu.
“ Tuhan,aku tak pernah merasa serindu ini pada
anakku,ada apa gerangan sebenarnya. Tenangkanlah hatiku”. Pinta batin ibu.
Alunan lagu “Asslamualaikum” Opick dari handphone terdengar oleh ibu,batin ibuk
senang akhirnya Akbar menghubunginya. Kemarin ibu menerima pesan dari sang anak
bahwa hari ini ia akan menghubunginya sepulang dari berkunjung ke Banyuwangi.
“ Assalamualaikum” ucap ibu. Rasa kerinduan
benar-benar dirasa ibu. Tak sabar lagi ia ingin mendengar suara sang anak.
Namun,yang ia terima bukanlah suara sang anak yang
selama ini ia rindukan. Yang terdengar suara yang tak pernah didengarnya,tak
akan pernah terdengarkan olehnya lagi suara sang anak. Tak akan ada lagi pesan
yang akan diterima bila sang anak ingin menghubunginya,tak ada lagi hasil poto
yang menghiasi rumah ini,membuat kerinduan ini semakin memuncak.
Ibu terduduk lemas menerima panggilan telepon dari
seberang sana,nomor tak dikenal menghubunginya dan panggilan yang ibu terima
mengatakan.
“ Maaf Bu,anak anda Akbar Siregar telah berpulang
kerahmatullah” ucap suara dari seberang sana.
*Cerpen ini memilki perjuangan yang amat panjang. meski awalnya aku sedikit pesimis bahwa karyaku di cerpen kurang bagus dan tidak diminati oleh penerbit. tapi aku percaya aja,semua yang udah aku goreskan dengan tangan ini,pasti terdapat kekurangan dan kelebihannya. sebelumnya karya ini,tidak diterima oleh DivaPres,maka kukemas kembali dan lebih kuperbaiki,akhirnya karya ini dapat diterima di Xpresi Riaupos*
*Cerpen ini memilki perjuangan yang amat panjang. meski awalnya aku sedikit pesimis bahwa karyaku di cerpen kurang bagus dan tidak diminati oleh penerbit. tapi aku percaya aja,semua yang udah aku goreskan dengan tangan ini,pasti terdapat kekurangan dan kelebihannya. sebelumnya karya ini,tidak diterima oleh DivaPres,maka kukemas kembali dan lebih kuperbaiki,akhirnya karya ini dapat diterima di Xpresi Riaupos*